الاثنين، 10 ديسمبر 2012

BAB 1



BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasuluallah telah menyaksikan banyak perestiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah, kemudian mereka bertanya kepada Rasuluallah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. maka Quran turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk  pertanyaan yang muncul itu. hal seperti itulah yang dinamakan Asbabun Nuzul.
B.     RumusanMasalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Asbab An-Nuzul?
2.      Apa macam-macam Asbab An-Nuzul?
3.      Apa faedah-faedah mengetahui Asbab An-Nuzul?
C.     Tujuan
1.      Mahasiswa bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan Asbab AnNuzul
2.      Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam dari Asbab An-Nuzul
3.      Mahasiswa dapat mengetahui faedah-faedah mengetahui Asbab An-Nuzul




                                                          




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
1.      Pengertian Asbab An-Nuzul
SecaraetimologiAsbab An-Nuzuladalahsebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu bisa disebut asbab an-nuzul, namun dalam pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab melatarbelakangi turunnya Al-Quran.
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama diantaranya:
a.       Menurut Az-Zarkani
Asbab an-nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya Al-Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
b.      As-Shabuni
Asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya sesuatu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.
c.       Mana’ Al-Qathan
Asbab an-nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya A-Quran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.
2.      Perhatian para Ulama terhadap Asbab An-Nuzul
Untuk menafsirkan Al-Quran ilmu ini diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan mengenai bidang itu. Yang terkenal diantaranya ialah Ali bin Madiri, guru Bukhari dan Al-Wahidi dalam kitabnya Asbabun Nuzul. Menyusul Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang satu kitab mengenai Asbabun Nuzul, satu juz dari naskah kitab ini di dapatkan, kemudian As-Suyuthi yang mengatakan tentang dirinya: “Dalam hal ini aku telah mengarang satu kitab lengkap, singkat dan sangat baik serta dalam bidang ilmu ini belum ada satu kitab pun dapat menyamainya, kitab itu aku namakan “LubalulManqul fi As-babinNuzul”.
3.      Macam-macamAsbab An-Nuzul
a.       Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-Nuzul, yaitu sharih (jelas) dan muhtamilah (kemungkinan). Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukan asbab an-nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukan yang lainnya.
b.      Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul
1)      Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat (Ta’addud As-Sabab wa Nazil Al-Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-nuzul dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab an-nuzul. Tentu saja, hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya.
2)      Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addudNazilwa As-Sabab Al-Wahid)
Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Hal ini dalam ‘Ulum Al-Quran disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid” (terbilangnya ayat yang turun, sedangkan sebab  turunnya satu). Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat asbab an-nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Abbas.
4.      Bersesuaian antara ayat dan surat
Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat itu mempunyai pengaruh dalam memahami ma’na (arti) dan menafsirkan ayat-ayat mengetahui antara ayat-ayat itu dapat menolong dan membantu memperindah takwil memperhalus pemahaman. Dan untuk itu maka ada diantara Ulama pembahasan ini dijadikan satu karangan.
Kata Az-Zarkasyi, kegunaannya ialah bagian perkataan itu dapat dipertali-talikan satu sama lain. Dengan demikian maka ikatannya itu diperkuat, keadaannya itu menjadi tersusun dalam membina hukum yang bersesuaian bagian-bagiannya itu. Kata Kadhi Abubakar din Al-Arabiy, ayat-ayat Al-Quran ini terikat antara satu sama lain sehingga bentuknya seperti satu kalimat menjadi tempat pengambilan beberapa arti.
5.      Jalan-jalan mengetahui Asbab An-Nuzul
Jalan mengetahui sebab Nuzul ialah: “Riwayat dan penjelasan orang yang turut menyaksikan suasana turun ayat”.
Tentang sebab-sebab turun ayat ini telah di perhatikan di selidiki benar-benar oleh sebagian para Mufasirin. Mereka telah menyusun beberapa banyak kitab yang menerangkan sebab-sebab turun ayat. Para Mufasirin memandang bahwa sebab-sebab turun ayat itu adalah asas bagi memahamkan ayat Al- Quran.
Dan terkadang ayat itu diturunkan untuk menjawab sesuatu pertanyaan yang di kemukakan oleh sebagian sahabat.
a.       Contoh ayat yang diturunkan kepadas uatu kejadian
Rasul SAW pada suatu ketika mengutus Martsad Al-Ghanamy pergi ke Mekah untuk menjemput kaum Islam yang dijumpai oleh seorang perempuan musyrikin yang sangat cantik dan hartawan, yang telah cinta kepadanya. Perempuan itu mengajak melakukan zina, karna Martsad pada ketika itu telah menjadi seorang Islam yang sangat kokoh imannya, maka perintah itu sudah tentu ditolaknya, kemudian karna perempuan itu sangat jatuh cinta kepada Martsad, maka ia meminta agar Martsad mengawininya.
Permintaan itu diterima oleh Martsad tetapi setelah mendapat keizinan dari Rasulullah. Dan ketika itu Martsad telah sampai kembali ke Madinah, lalu ia menceritakan peristiwa itu dan mohon keizinan Rasul untuk beristri dengan perempuan yang mencintainya. Pada kala itu turunlah ayat (QS Al-Baqarah : 221) yang artinya:
Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke nereka, sedangkan Allah mengajak ke Syurga dan ampunan dengan izin-Nya (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran”.
b.      Contoh ayat yang diturunkan sesudah pertanyaan
Ayat yang diturunkan sesudah pertanyaan ialah:
Firman Allah dalam Al-Quran sesudah orang menanya kepada Rasul tentang hal arak danjudi:
(Q.S. Al-Baqarah : 219) yang artinya:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya“. Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, kelebihan (dari apa yang diperlakukan)“. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan“.
6.      Kaidah menetapkan hukum dikaitkan dengan Asbab An-Nuzul
Apabila seorang perawi menerangkan dengan lafal „sebab“ atau memakai fa‘ ta’aibiyah (fa‘ huruf yang memounyai arti maka/kemudian), yang masuk kedalam materi turunnya ayat sesudah ia menerangkan sesuatu peristiwa atau sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Nabi SAW. Misalnya ia berkata terjadi peristiwa ini Nabi ditanya tentang peristiwa ini, maka turunlah ayat ini.
Maka yang demikian itu merupakan nash/pernyataan yang jelas menunjukan sebab turunnya ayat itu. Tetapi apabila seorang perawi menyatakan ayat ini turun tentang itu, maka abarat ini mengandung dua kemungkinan, yakni: mungkin itu merupakan sebab turunnya ayat tersebut dan mungkin pula mengandung suatu hukum dalam ayat itu.
7.      Kaidah Al-Ibrah
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa yang harus menjadi pertimbangan adalah keumuman lafadz dan bukannya kekhususan sebab (al-ibrah bi‘ umum al-lafdzi la bi khusus as-sabab). As-Suyuthi, memberikan alasan bahwa ungkapan yang dilakukan oleh para sahabat dan golongan lain.
Di sisi lain dad juga Ulama yang berendapat bahwa ungkapan satu lafadz Al-Quran harus dipandang dari segi kekhususan dan bukannya dari segi keumuman lafadz (al-ibrah bi khusus as-sabab la bi‘ umum al-lafadz). Jadi cakupan ayat tersebut terbatas pada kasus yang menyebabkan diturunkannya sebuah ayat . adapun kasus lainnya yang serupa, kalupun akan mendapatpenyelesaian yang sama, hal itu bukan diambil dari pemahaman terhadap ayat itu, melainkan dari dalil lain, yaitu dengan Qiyas apabila memang memenuhi syarat-syarat Qiyas. Adapun kasus lain yang serupa dengan kasus tersebut, hukumnya ditetapkan dengan melalui jalan Qiyas.
B.     Analisis
Kata Asbabun Nuzul terdiri atas kata asbab dan an-nuzul. Asbab adalah kata jamak (plural) dari kata mufrad (tunggal), sebab yang secara etimologis berarti sebab, alas an, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motivasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan.
Yang dimaksud dengan Nuzul disini adalah penurunan Al-Quran dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui parantaraan malaikat Jibril as. Karena itu, istilah lengkap asalnya ialah Asbabu Nuzulil-Quran yang berarti sebab-sebab turun Al-Quran. Namun demikian, dalam istilah teknis keilmuan lazim dikenal dengan sebutan asbab sebabun-nuzul saja, tanpa menyertakan kata Al-Quran karena sudah dikenal luas pengertian dan maksudnya.
Mengacu kepada kedua definisi sebab nuzul di atas, disamping memperhatikan pengertian harfiah dari kata-kata sebab nuzul itu sendiri, dapatlah diformulasikan bahwa sebab nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan sebagian atau beberapa ayat Al-Quran diturunkan. Yang di maksud dengan sesuatu itu sendiri adakalanya berbentuk pertanyaan dan kejadian, tetapi bisa juga berwujud alasan logis (illat) dan hal-hal lain yang relevan serta mendorong turunnya satu atau beberapa ayat Al-Quran.
Dilihat dari sudut pandang sebab-sebab ayat Al-Quran diturunkan  (asbabun-nuzul), ayat-ayat Al-Quran dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yakni: kelompok ayat-ayat yang dapat dikenali sebab nuzulnya, dan kelompok ayat-ayat Al-Quran yang tidak diketahui sebab nuzulnya. Atau dalam ungkapan al-Buthi, ada kelompok ayat yang penurunannya dipertautkan dengan sejumlah sebab dan kejadian yang melatar-belakanginya, dan ini jumlahnya relatif lebih banyak. Sedangkan sebagian ayat yang lain, turun tanpa ada sebab nuzul yang mendahului. Ayat-ayat yang turun tanpa sebab yang mendahului ini pada umumnya ialah ayat-ayat yang bertalian dengan kisah umat manusia masa lalu serta sifat-sifat surga dan neraka.
Urgensi dari kedudukan atau fungsi ilmu sebab nuzul dapat dilihat antara lain dari komentar para pakar ilmu-ilumu Al-Quran tentang peranan asbabun-nuzul. Diantaranya Ibn Daqiq al-Id yang menyatakan:
Mengurai sebabun-nuzul Al-Quran adalah merupakan (salah satu) cara yang kuat (penting) dalam memahami makna Al-Quran.
Kata Ibn Taimiyyah (661 – 728)
Mengenali sebab nuzul menolong (membantu) seseorang untuk memahami ayat Al-Quran, karena pengetahuan terhadap musabbab (yang dikenai sebab).
Berkata Al-Wahidi:
Tidaklah mungki seseorang (bisa) mengenali penafsiran ayat Al-Quran tanpa berpegang teguh dengan kisah-kisahnya dan tanpa menerangkan sebab turunnya.
Syekh Abu Fath al-Qusyairi, juga mengatakan:
Penjelasan tentang sebab nuzul adalah merupakan metode yang sangat kuat dalam memahami makna-makna kitab Allah yang Maha Agung.
Pernyataan senada dengan ulama-ulama klasik di atas, dikemukakan pula oleh beberapa orang ulama kontemporer. Diantaranya Ahmad Amin, yang menyimpulkan: “Pengetahuan tentang sebab nuzul merupakan salah satu pertolongan besar dalam memahami maksud suatu ayat; dan ketidak-tahuan seseorang terhadap sebab nuzul niscaya akan menjerumuskannya ke dalam kesalahan”.
Memperhatikan berbagai pandangan ulama tentang eksisitensi dan fungsi asbabun-nuzul dalam menafsirkan al-Quran, dengan segala pendapat dan komentar masing-masing dapat disimpulkan bahwa betapa urgen keberadaan dan kedudukan/fungsi ilmu asbabun-nuzul sebagai bagian tak terpisahkan dari ilmu-ilmu al-Quran pada umumnya dan dalam menafsirkan al-Quran pada khususnya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk petunjuk bagi umat manusia. Turunnya Al-Quran itu merupakan berita yang menakjubkan, dikumandangkan ditempatnya kepada penghuni bumi dan langit. Mula-mula turunya Al-Quran itu pada malam Qadar, yang disampaikan oleh makhluk langit yaitu Malaikat Allah untuk menghormati umat Muhammad yang dimuliakan Allah. Dengan risalah baru ini maka umat Muhammad yang dilahirkan di tengah manusia yamg banyak.
Turunnya yang kedua kali berbeda dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumya. Merupakan pengaruh dahsyat yang dalam hal ini terjadi perdebatan sengit, sehingga pada hakikatnya orang-orang dapat mengetahui hikmah ilahi yang tersembunyi. Rasul mendapatkan risalah itu bukan hanya sekaligus. Di dalamnya bertumpuk apa yang menjadi angan-angan orang yang sombong. Wahyu yang diturunkan itu mencekam kedalam lubuk hati Nabi SAW.












BAB IV
DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Rosihon. 2006 Ulumul Quran Bandung: Pustaka Setia
Anwar, Rosihon. 2012 Ulum Al-Quran Bandung: CV Pustaka Setia
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1980 Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir
Jakarta: Bulan Bintang
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. 1999 Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran
dan Tafsir Semarang: PT Pustka Rizki Putra
Marzuki, Kamaluddin. 1994 Ulumul Al-Quran Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mudzakir. 2011 Stidi Ilmu-Ilmu Al-Quran Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa
Quthan, Mana’ul. 1998 Pembahasan Ilmu Al-Quran Jakarta: PT Rineka Cipta
Syadali, Ahmad. 2000 Ulumul Quran Bandung: CV Pustaka Setia
Suma, Amin, Muhammad. 2004 Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran 3 Jakarta: Puataka Firdaus
Supiana. 2002 Ulumul Quran Bandung: Pustaka Islamika


هناك تعليق واحد:

  1. Tambahkan tulisan 'link ke www.iaincirebon.ac.id'
    Selamat....teruslah menulis. Tugas ini hanya sebagai pembuka. Semoga kelak, tulisannya semakin baik

    ردحذف